Glee baru diputer di Star World. Tentang Tuhan. Karena somehow, kalo di TV lebih menyentuh daripada donlotan -__- gue yang tersentuh ini super shock denger lirik lagu terakhirnya.
Ternyata ada orang di luar sana yang sebegitu nyasarnya, sampe bikin lagu kayak gitu.
Sudahlah, dia yang wallahualam siapa itu berhak percaya apapun yang mau dia percaya.
Karena ini blog gue, gue berhak nulis apapun yang gue percaya.
Dan gue percaya Tuhan.
Bukan karena keluarga gue Islam, bukan karena gue pernah sekolah Islam, bukan karena gue dibesarkan demikian.
Karena Allah mendengarkan gue. Disaat gue lagi menangis meraung-raung, dan nasehat apapun hanya akan membuat gue muak. Ia hanya diam, tapi semua masalah saya terjawab. Bahkan disaat gue lagi membutuhkan sedikit saja jawaban, dengan konyolnya gue bertanya, "YaAllah, apa jawabanMu atas masalahku? Tolong jawab saya, saya ga kuat" dan tidak ada yang terjadi, tidak ada gelas pecah atau sinar menyorot atau mimpi aneh atau mendadak "haaaa" gue merasa mendengar wahyu.
Lalu disaat seperti itu, gue yang naif akan merasa kecewa dan memutuskan untuk tidak berdoa lagi.
Dan ternyata, tetap Allah menyelesaikan masalah gue.
Dan gue pun malu. Gue sujud, dan minta maaf, dan malu kepalang tanggung, dan berjanji tidak akan mengulangnya lagi, dan tetap menjalani siklus itu sekali lagi. Lingkaran setan.
Sebagai anak tunggal, kalo ada masalah, gue harus nyelesaiin sendiri. Umur segini, gabakal kita dengerin kata orangtua kan? Ketika ada masalah, gue lari ke kamar gue, nangis, tidur, bangun, nangis, tidur, bangun, terjebak didalam dunia ga sehat gue sendiri. Mendengar apa yang pikiran gue katakan. Mendengar betapa busuknya dia, sekaligus betapa bijaknya dia. Betapa diktatornya dia dan betapa lemahnya dia. Kagum, bagaimana caranya dia bisa 'sesibuk' itu, bertolak belakang pada saat yang bersamaan.
Kalo gue terusin di dalam pikiran itu, mungkin sekarang gue udah putus sekolah, (literally) gila, kabur dari rumah, make, ngeroko, melakukan tindak kriminal, bahkan bunuh diri.
Yang membuat gue tidak menjadi seperti tadi, adalah satu suara. Adzan. Ya, gue ngambek selalu selama itu, sampe keburu Adzan. Adzan bikin gue berdebar. Itu membuat gue inget, ga cuma pikiran sesat gue doang satu-satunya suara di dunia ini.
Adzan adalah cara Allah untuk mengingatkan, "Ayo Asti, sadar. Kamu bukan pecundang, jangan berpikir dengan pola pikir para pecundang."
Dan itulah saatnya gue sadar, gue harus keluar. Dan berjuang. Memang Allah menyelesaikan masalah lewat cara apapun. Cara apapun itu juga bisa jadi, dengan kita berjuang menyelesaikan masalah kita sendiri. Islam selalu mengulang-ulang kalimat "Ikhtiar, lalu Tawakkal". Menurut gue, sometime kalo lo berenti di Tawakkal aja, lo menjadi terlalu malas. Sembrono. Kalo disaat itu gaada yang terjadi, gaada malaikat penolong atau lawan yang mendadak bertekuk lutut, lo jadi gimana? Jadi marah kan? Kecewa kan? Lo selalu bilang, "YaAllah, saya kan sudah ikhtiar, jadi kenapa?"
Ini semua terjadi karena, sometimes, lo yang harus ikhtiar lagi. Ga semua masalah kelar karena siapapun atau apapun itu yang lagi diutus Tuhan. Kadang, Tuhan ngutus lo. Tuhan nyuruh lo untuk nyelesaiin, untuk ngasi finishing touch, to make the grande closing, atas masalah lo sendiri.
Dan di perjalanan, memang banyak alasan untuk meragukan Tuhan. Mengapa Ia tidak menjawab langsung, padahal kan darurat? Mengapa tidak ada yang terjadi? Mengapa doa saya tidak terkabul? Mengapa masalah saya tetep ga kelar?
Kalo lo cukup pintar, lo akan sadar.
Masalahnya terletak pada lo.
Karena lo berpikir terlalu dangkal. Lo didesign untuk berpikir terlaluu dangkal. Mau lo Socrates mau lo Sule, sama dangkalnya.
Ketika lo meminta jawaban secara langsung, lo ga mikir apa yang terjadi kalo Tuhan bener-bener ngomong sama lo. Tidakkah lo takut? Atau lo menjadi besar kepala? Apa yang membuat lo ngerasa layak untuk terpilih? Apa lo harap Tuhan akan menjadi sohib masbro mbaksis cyyn bray lo, yang akan ngeladenin curhatan lo melalui sesi tanya jawab?
Lo selalu suudzan, ngira gaada yang terjadi. Padahal ada banyak kemungkinan.
Mungkin, ada yang terjadi, tapi sebegitu kecilnya, sehingga lo gabisa ngeliat.
Cuma karena guru IPA lo ngasi materi, lo percaya bahwa ada barang super kecil kayak virus, yang bermutasi perlahan lahan, dan membuat lo super sakit. Kenapa lo ga percaya kalo apapun itu pertolongan Tuhan, lagi bermutasi sedikit sedikit?
Mungkin juga, ada yang terjadi, sebegitu besarnya, tapi terjadi di tempat yang lo gabisa liat.
Sampai suatu saat, dunia lo, dan dunia si-apapun-yang-begitu-besarnya-tapi-ada-di-tempat-yang-gabisa-lo-liat itu bertumbukan.
Dan banyak alasan lain.
Karena kita terlalu naif. Kita merasa terlalu pintar.
Yang gue paparkan diatas, yang baca mungkin akan mengolah dengan pikiran-pikiran skeptic.
Padahal bisa jadi, malaikat-malaikat diatas sana lagi mikir, "Plisdeh Ti, cemen banget alesannye hahaha cupu lu coy".
Kita kebanyakan mikir. Orang yang bikin lagu kurang ajar yang dinyanyiin Glee tadi, belom tentu dia mau mikirin kalkulus, atau PRI, mungkin bahkan dia tinggal sekolah. But he sure spent a lot of time to think about God.
Padahal Tuhan itu tidak untuk dipikir. Kita terlalu goblok untuk bisa ngejawab soal tentang Tuhan dengan benar.
Tuhan itu untuk diimani. Dirasa.
Ada dua cara bagi lo untuk mengimani Tuhan. Antara lo langsung jalan lurus aja, atau lo bolak balik pontang panting nubruk kanan kiri, baru akhirnya nyadar, oh ini toh, jalannya.
Tapi gue yakin kok, at some point in people's life, mereka akan berhenti menjadi apapun itu yang mereka klaim sebagai Atheis.
Dan YaAllah, saya membutuhkanMu sekarang. Tolong saya YaAllah, temani saya. Rangkul saya, temani saya bicara, tuntun jalan saya. Bukan dengan cara sebagaimana seorang sahabat, melainkan dengan caraMu, YaAllah Tuhanku Yang Paling Luar Biasa.
Tuesday, 8 February 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment